Rute baru ini memangkas jarak hingga lebih dari separuhnya. Sedangkan jalur lama harus memutar, melewati Kiara Dua, Simpang Waluran, Malereng, Taman Jaya, hingga Pantai Palangpang. Jalur ini bisa digunakan wisatawan baik dari Jabodetabek, maupun Bandung seteah masuk Sukabumi terlebih dahulu.
Salah satu hal unik yang jarang ditemukan di tempat wisata atau alam negeri ini adalah bebatuan yang terdapat di kawasan geopark. Material batu bertumpuk tersebut merupakan hasil sedimentasi berbagai fosil, patahan, dan lempengan bumi yang berusia puluhan juta tahun.
Gambar Bebatuan Hasil Sedimentasi
Gambar Bukit Panenjoan Ciletuh Sukabumi
Gambar Puncak Darma Ciletuh Sukabumi
Terdapat sembilan air terjun yang memiliki keindahan nan mempesona, yakni Curug Awang, Curug Tengah, Curug Puncakmanik, Curug Karet, Curug Cimarinjung, Curug Cikanteh, Curug Sodong,Curug Puncakjeruk dan Curug Luhur.
Gambar Curug Awang Niagara Mini Sukabumi
Curug Awang ini adalah salah satu tempat wisata di geo park. Kalau ada yang menyebut tempat ini sebagai Niagara Mini di Ciletuh, karena ketika musim hujan air terjunya akan terlihat indah seperti air terjun Niagara di Amerika.Tidak cuma itu saja, disekelilingnya juga terdapat persawahan menghijau yang membuat kalian terpana dengan keindahannya. Siapa yang suka menikmati keindahan Curug Awang yang hits ini?
Gambar Curug Cimarinjung Ciletuh
Lokasinya berada tak jauh dari Pantai Palangang, bahkan kalau mau berjalan kaki menuju tempat wisata di Ciletuh ini dari pantai juga bisa. Jaraknya hanya sekitar 1 KM saja kok dari pantai. Ketika debit air sedang tinggi, air terjun di Curung Cimarinjung ini akan mengalir deras.
Air terjun indah yang lokasinya berdekatan dengan Curug Sodong. Airnya mengalir deras dari tebing batuan tinggi lalu jatuh ke bebatuan besar di bawahnya dengan dramatis. Air terjun menghantam bebatuan dengan tak beraturan hingga menciptakan aliran air yang melebar. Untuk menikmati air terjun indah di Sukabumi ini kalian perlu trekking selama kurang lebih 15 menit.
Gambar Curug Cikanteh Ciletuh
Beberapa orang mengenalnya dengan air terjun kembar di Ciletuh. Disebut demikian karena memang ada dua air terjun besar yang mengalir berdampingan. Uniknya di balik air terjun tadi terdapat sebuah gua, yang dalam bahasa sunda disebut sebagai “Sodong”. Jadi namanya ini diambil dari bahasa sundah deh. Sayangnya gua tadi hanya bisa dimasuki ketika debit air sedang kecil, pada musim kemarau.
Gambar Curug Sodong Ciletuh
Proses pembentukan warisan alam ini telah memakan waktu berjuta tahun lamanya. Kawasan ini merupakan hasil dari tumbukan dua lempeng yang berbeda, yaitu Lempeng Eurasia (lempeng benua) yang berkomposisi granit (asam) dan Lempeng Indo-Australia (lempeng samudera) yang berkomposisi basal (basa), yang menghasilkan batuan sedimen laut dalam (pelagic sediment), batuan metamorfik (batuan ubahan), dan batuan beku basa hingga ultra basa. Karena ciri khas geologinya yang tidak di temukan di tempat lain, menjadikan Ciletuh sebagai geopark (Taman Bumi) Nasional di Indonesia.
Gambar Pulau Mandra
Gambar Gua Laut Kunti
Gambar Pulau Kunti
Sekilas Video Pulau Kunti
Namanya Pulau Kunti, nampaknya berada pada posisi tepat di depan Pulau Kunti, terdapat Gua Laut Kunti. Gua dengan tinggi 3 meter dan panjang 4 meter ini memiliki struktur batuan campur aduk, yang merupakan campuran dari batuan kerak benua dan samudera yang diendapkan dalam sebuah palung yang sangat dalam. Dan karena proses geologi, terangkatlah ke permukaan sampai nampak seperti sekarang.
Gambar Kompleks Bebatuan
Komplek bebatuan ini mirip dengan duri-duri punggung seekor naga. Selain batu naga, terdapat pula Batu Kodok, Batu Batik, Batu Alien, Batu Singa Laut, Batu Badak, Batu Buaya, Batu Komodo, Batu Pagar, Batu Banteng, Batu Kerbau, serta Batu Kura-kura. Ya, semua itu diambil dari nama hewan karena unsur kemiripan dengan struktur bentuk rupa bebatuannya.
Gambar Gua Laut Sodong Parat
Gua Laut Sodong Parat adalah lokasi persinggahan terakhir kami. Gua ini menembus sisi lain dari tebing dengan panjang hampir 7 meter. Batuannya berupa ofiolit yang terdiri atas gabro dan amfibolit bertekstur sangat kasar.
Indonesia sangat kaya raya akan alamnya. Alamnya yang sangat indah bahkan memukau sangat menarik para wisatawan asing untuk sekedar berkunjung menikmati keindahan alam pribumi. Sejuk dan nyaman untuk dijadikan tempat bercengkrama dengan keluarga ataupun teman seperjuangan.
Panorama alam Indonesia banyak yang diakui oleh dunia. Entah dari Candi Borobudur dan Pulau Komodo yang sempat masuk kategori 7 keajaiban dunia, bahkan Taman Nasional Ujung Kulon yang menjadi salah satu warisan budaya yang diakui oleh UNESCO.
Namun tidak banyak juga wisata alam Indonesia yang menyandang status Geopark, dikarenakan untuk menyandang status tersebut diharuskan mampu memenuhi syarat-syarat yang tertera, seperti masuk kategori geopark nasional.
Saat ini ada dua kategori Geopark yang diakui di Indonesia, yang pertama tingkat nasional dan yang kedua yaitu Unesco Global Geopark (UGG) Network. Adapun destinasi wisata alam Indonesia yang masuk kedalam kategori Geopark adalah sebagai berikut:
1. Geopark Karangsambung, Kebumen, Propinsi Jawa Tengah
Wilayah Karangsembung-Karangbolong dijadikan geopark berbasis wisata edukasi atau geowisata. Dengan begitu masyarakat juga turut diberdayakan, apalagi wilayah tersebut memiliki kantong-kantong kemiskinan.
Sementara, Kepala Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) LIPI Karangsambung, menyebutkan bahwa Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong mencakup luasan sekitar 543 kilometer persegi, terdiri dari 117 desa dan 12 kecamatan di Kebumen.
Geopark ini terdiri dari situs warisan geologi dan bentang alam di kawasan Cagar Alam Geologi Nasional Karangsambung serta Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gombong Selatan, “Areanya meliputi kawasan Kebumen utara hingga Kebumen pesisir selatan.
Geopark Karangsambung memiliki koleksi batu-batu raksasa seperti menonjol dari bawah tanah. Bebatuan itu tercipta melalui proses gerakan bumi di bawah dasar laut. Warna-warna bebatuan merah tanah yang memanjang 100-an meter di Kali Mancar naik ke daratan setelah proses selama 80 juta tahun.
Di atas batu karst itu, terdapat bebatuan berbentuk gelembung-gelembung berwarna hitam. Rupanya, batu itu merupakan lava dari gunung api purba di dasar laut. Geopark ini bahkan disebut beberapa ahli sebagai geopark dasar laut terlengkap di Asia, “Bebatuan itu bisa bercerita bagaimana proses terjadinya daratan di Jawa, hasil dari para peneliti LIPI. Di dasar Kali Mancar pun banyak ditemui berbagai bebatuan berwarna warni berusia jutaan tahun.
Sementara di Karangbolong, alam memperlihatkan atraksi bebatuan basa yang tersusun rapi di pinggir pantai. Batu basa hitam itu juga berasal dari lelehan lava gunung api purba. Dengan ditetapkannya Karangsambung dan Karangbolong sebagai geopark nasional, berharap, masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan konservasi.
Konservasi tersebut menjadi penting, selain alam tetap terpelihara, keuntungan lain datang dari wisatawan yang ingin meneliti atau melihat-lihat keindahan bebatuan purba yang ada di wilayah tersebut.
Profil Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong
Geopark Karangsambung-Karangbolong berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Geopark Karangsambung-Karangbolong meliputi Kawasan seluas 543,599 Km2 yang mencakup 12 Kecamatan dengan 117 Desa. Terdapat 41 (empat puluh satu) situs geologi yang menjadi situs utama di dalam Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong. Situs tersebut dilengkapi oleh 8 (delapan) situs biologi dan 10 (sepuluh) situs budaya.
Geopark Karangsambung-Karangbolong secara geografis mewakili bagian utara dan selatan daerah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara keseluruhan kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong akan terbagi menjadi 3 (tiga) segmen, yaitu Kawasan Karangsambung (Kawasan Cagar Alam geologi Karangsambung di Bagian Utara), Kawasan Sempor (Bagian Tengah) dan Kawasan Pesisir Ayah yang merupakan kawasan karst dan vulkanik tua (Bagian Selatan).
Aspiring Geopark ini mengangkat tema “fosil” subduksi jaman Kapur-Paleosen (Bagian Utara) di daerah Karangsambung dengan bukti-bukti singkapan batuan yang berasal dari bagian Lempeng Samudera India-Australia dan Lempeng Benua Eurasia. Batuan yang berumur Kapur sampai Eosen dengan berbagai jenis mulai batuan metamorf derajat tinggi, batuan beku basa sampai ultrabasa dan batuan sedimen laut dalam tersaji dalam bentukan perbukitan “Melange” yang dikenal dengan nama “Melange Lukulo”. Ke arah selatan batuan ini berubah melalui proses vulkanisme dan sedimentasi yang umurnya jauh lebih muda dari bagian utara (Bagian Tengah). Selanjutnya, semakin keselatan terpampanglah hamparan perbukitan berbentuk kerucut (conical hills) ciri khas bentang alam karst dengan penyusunnya batu gamping serta di beberapa memperlihatkan sisa proses vulkanisme berupa aliran lava dan tubuh instrusi batuan beku (Bagian Selatan).
Berdasarkan sejarah geologinya, Kawasan Geopark Karangsambung-Karangbolong dapat disederhanakan menjadi beberapa periodisasi sejarah geologi. Urutan periodisasi sejarah geologi tersebut adalah :
1. Masa Awal Pembentukan Pulau Jawa / Pra-Tersier (117-55jtyl)
2. Masa Sedimentasi Longsoran laut Dalam (55-25 jtyl)
3. Masa Gunung Api Purba OAF (25-16 Jtyl)
4. Masa Pembentukan Paparan Karbonat (16-10jtyl)
5. Masa Gunung Api Purba Halang (10-2jtyl)
6. Masa Pembentukan endapan Alluvial dan pantai (<2jtyl)
Semua unsur kekayaan geologi di atas akan disatupadukan dengan kekayaan budaya dan kekayaan hayati (biologi) menjadi suatu kesatuan kawasan konservasi, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dalam wadah Geopark Karangsambung-Karangbolong. Kawasan Geopark ini diharapkan akan menjadi salah satu instrumen pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mengedepankan aspek konservasi, aspek pendidikan, aspek pertumbuhan ekonomi lokal (pariwisata) dengan melibatkan masyarakat secara aktif sebagai pelaku utamanya.
1. Watu Kelir (lava basalt diatas batuan sedimen rijang merah merupakan lantai dasar samudera Hindia Purba)
Watu Kelir atau Batu Rijang Merah merupakan ikon Geopark Karangsambung-Karang Bolong Kebumen Jawa Tengah. Batuan berusia ratusan juta tahun merupakan dasar samudra, yang lempengannya patah, lalu menyeruak ke permukaan karena proses geologi. Di atas Watu Kelir, ada batu-batu bulat yang mirip kenong di perangkat gamelan. Dijelaskan, kalau batu-batu itu sebenarnya namanya batu Lava basal. Jadi saat peristiwa menyeruaknya dasar samudra ke permukaan, keluar lava. Hanya karena di dalam air, maka langsung membeku dan membentuk bulat-bulat seperti bantal.
2. Batu Rijang Merah (Rijang dan gamping merah, G. Wagirsambeng, Wonotirto)
Bukit Wagirsambeng merupakan salah satu diantara bukit terisoler lainnya yang terletak di Kecamatan Karanggayam. Bukit ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam, yaitu rijang dan batugamping merah. Batuan ini berada di puncak bukit menyisakan bentuk-bentuk yang unik, misalnya menyerupai kue lapis. Batuan ini sangat artistik dan alami, dengan ketinggian sekitar 4 meter sangat menarik untuk menjadi salah satu spot berfoto. Wisatawan akan merasakan sensasi berdiri di atas batuan laut dalam di puncak bukit Wagirsambeng.
3. Watu Randa (Breksi Gunung Api Purba Bawah laut)
Breksi andesit terletak di tepi jalan utama Kebumen – Karangsambung. Geosite ini merupakan lokasi tipe Formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal, yang secara administratif berada di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, berjarak 15 km dari Kota Kebumen. Formasi Waturanda tersusun oleh breksi andesit dan batupasir berlapis yang mengindikasikan berhubungan dengan aktivitas gunung api purba bawah laut dan diendapkan oleh mekanisme turbidit.
4. Numulites (fosil foraminifera besar yang berbentuk seperti uang logam dan melensa, yaitu fosil Nummulites ) Laut Dangkal.
Geosite ini terletak di LIPI Karangsambung, secara administratif berada di Desa Karangsambung, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, berjarak 19 km dari Kota Kebumen. Batugamping Nummulites, terbentuk di lingkungan laut dangkal, sekitar 50 juta tahunyang lalu (Eosen). Merupakan olistolit dari F. Karangsambung. Batugamping Numulites terdapat fosil unik menyerupai koin-koin yang bertebaran di atas batu.
5. Columnar Joint/Kekar Tiang (retakan yang menyerupai tiang/pilar) Diabas, Gunung Parang,Karangsambung
Nama Gunung “Wurung” sangat melekat di hati masyarakat. Nama ini berasal dari legenda yang memiliki makna bahwa gunung ini “tidak jadi”. Secara administratif gunung ini bernama Gunung Parang terletak di Dukuh Parangan, Desa Karangsambung, Kecamatan Karangsambung berjarak sekitar 19 km dari Kota Kebumen. Gunung ini disusun oleh diabas yang termasuk Formasi Karangsambung berumur Eosen. Keunikan megaskopis diabas berupa kenampakan struktur columnar joint, retakan yang menyerupai tiang/pilar. Mineral yang mudah dikenal yaitu mineral plagioklas dan piroksen dengan bentuk tidak beraturan membentuk struktur diabasik. Hal inilah yang melatarbelakangi batuan ini bernama diabas.
6. Fosil Plankton di Atas Bukit
Pada umumnya, plankton merupakan jenis hewan yang berada di dasar laut. Namun di Karangsambung, fosil itu bisa ditemukan pada batuan rijang yang ada di atas bukit.
Hal itu dibuktikan oleh salah satu peneliti LIPI, Sueno Winduhutomo. Dia mengatakan, pada salah satu batuan itu terdapat fosil radiolaria, yang merupakan fosil binatang plankton.
"Pada saat kita ambil sampel batuan tersebut dan kemudian dibawa ke tempat analisis lab, ternyata di sana ditemukan banyak fosil radiolaria-nya. Jadi cara membuktikan batuan ini dulu dari dasar laut adalah kandungan fosil yang ada di dalamnya," ujar Sueno (Peneliti LIPI)
7. Batugamping terumbu, Bukit Jatibungkus, Langse
Geosite ini terletak di bukit Jatibungkus yang terisoler, secara administratif berada di Desa Langse, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, berjarak 19 km dari Kota Kebumen. Bukit Jatibungkus disusun oleh batugamping yang termasuk Formasi Karangsambung berumur Eosen. Keberadaan dan karakteristik batugamping terumbu ini menjadi keunikan tersendiri. Hal ini tidak lepas dengan karakteristik pembentukan olistostrom Formasi Karangsambung, berstruktur block in matric. Batugamping terumbu Jatibungkus berada diantara matrik lempung Formasi Karangsambung yang fenomenal. Proses karstifikasi (pelarutan) batugamping terumbu pada beberapa bagian membentuk dua gua yang eksotik dan menarik, yaitu Gua Sikempul dan Silodong.
8. Diabas, Bukit Bujil-2, Banioro
Bukit terisoler lainnya di Desa Karangsambung adalah Bukit Bujil. Bukit ini tersusun oleh diabas yang termasuk Formasi Karangsambung berumur Eosen. Secara administratif bukit ini terletak di Dukuh Krajan, Desa Karangsambung, Kecamatan Karangsambung berjarak sekitar 19 km dari Kota Kebumen. Keunikan megaskopis geosite ini berupa kenampakan struktur columnar joint dari sisi samping, berupa poligonal segi lima pada dinding batunya, kadang disebut sebagai dinding turki. Mineral yang mudah dikenal yaitu mineral plagioklas dan piroksen dengan bentuk tidak beraturan membentuk struktur diabasik. Hal inilah yang melatarbelakangi batuan ini bernama diabas. Bukit Bujil tersusun oleh diabas, memberikan kenampakan poligonal segi lima pada salah satu sisi dindingnya.
9. Konglomerat, Pesanggrahan, Karangsambung
Bukit Pesanggrahan terletak di Dukuh Pesanggrahan, Desa Karangsambung, Kecamatan Karangsambung berjarak sekitar 19 km dari Kota Kebumen. Bukit ini tersusun oleh konglomerat yang didominasi oleh kuarsit berwarna putih, berukuran butir kerikil sampai kerakal, berbentuk membundar. Geosite ini berada disamping LIPI Karangsambung
Youtube Karangsambung Dasar Samudera yang Tersingkap
Kawasan ini dikenal dengan lantai samudera purba. “Di balik situs geologi Karangsambung yang relatif berbukit dalamnya terdapat fosil bawah laut,” ujar Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto. Hal ini terlihat pada beberapa singkapan batuan yang muncul ke permukaan yang menggambarkan evolusi lempeng tektonik dengan rentang usianya lebih dari 120 juta tahun lalu. “Kawasan ini bisa dijadikan kawasan penyimpanan sampel batuan dasar laut dari seluruh Indonesia karena belum ada tempat seperti itu di Indonesia. Ini akan menjadikan Karangsambung-Karangbolong mempunyai daya tarik ilmuwan internasional” tutup Eko. (sep/ed: fz)